Tidak Perlu Panik! Ini Cara Memperbanyak ASI Secara Alami

Tuesday, November 11 2025

Perjalanan Baru Seorang Ibu

Setelah melahirkan, banyak ibu menyusui mengalami berbagai perubahan besar—baik fisik maupun emosional. Tubuh masih dalam tahap pemulihan, waktu tidur sering terganggu, dan rasa lelah seolah tidak ada habisnya. Di tengah kondisi itu, muncul berbagai kekhawatiran yang sering menghantui: “Apakah kualitas ASI saya cukup baik untuk bayi ?” atau “Apakah bermasalah jika ASI saya digantikan dengan susu formula untuk bayi ?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangat umum, terutama di minggu-minggu awal setelah melahirkan. Namun, tahukah kamu bahwa kualitas ASI tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi juga oleh asupan gizi dan keseimbangan mikrobiota usus ibu?

Menurut Survei Kesehatan Indonesia, sekitar 97% masyarakat Indonesia masih kurang mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Padahal, kedua jenis makanan ini kaya akan serat dan berbagai zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dan mendukung kualitas ASI.

Tubuh yang mendapatkan cukup serat akan memiliki pencernaan yang lebih lancar,. Hal tersebut merupakan kombinasi yang ideal untuk mendukung kualitas ASI yang baik.

 

Manfaat Oligosakarida pada ASI untuk bayi

ASI adalah sumber nutrisi utama yang sangat penting untuk tumbuh kembang bayi. Di dalam ASI terdapat Oligosakarida Susu Manusia (Human Milk Oligosaccharides/HMO), yang menjadi komponen padat ketiga terbanyak setelah laktosa dan lemak. HMO berfungsi sebagai prebiotik pertama dalam pola makan bayi, yaitu zat yang mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus.

HMO berperan penting dalam membentuk keseimbangan mikrobiota usus bayi, yang mulai terbentuk sejak seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) dan sangat dipengaruhi oleh pola makan bayi, termasuk asupan ASI pada awal kelahiran. HMO ini khususnya menstimulasi pertumbuhan bakteri baik, seperti Bifidobacterium sp., yang menjadi dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat.

Selain HMO, ASI juga mengandung berbagai zat gizi penting lain yang berperan dalam menjaga sistem imun dan kesehatan bayi secara keseluruhan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kadar HMO pada ASI, antara lain faktor genetic, gaya hidup dan pola makan, status gizi, dan keseimbangan mikrobiota usus ibu.

 

Mikrobiota Usus Ibu dan Dampaknya pada Bayi

Gaya hidup dan pola makan ibu memiliki peran besar dalam menentukan keseimbangan mikrobiota usus, yaitu populasi bakteri baik dan jahat di saluran pencernaan. Komposisi mikrobiota usus ibu ternyata mempengaruhi mikrobiota usus bayi, sehingga kondisi usus ibu bisa berdampak langsung pada kesehatan bayi.

Jika seorang ibu memiliki pola makan yang kurang bergizi, terutama rendah serat dan prebiotik, risiko ketidakseimbangan mikrobiota usus meningkat. Ketidakseimbangan ini dapat diturunkan ke bayi, dan berpotensi mempengaruhi kesehatan bayi jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa kondisi kesehatan yang terkait dengan gangguan mikrobiota usus antara lain obesitas, alergi, dan penyakit autoimun.

Serat merupakan salah satu nutrien penting untuk mendukung mikrobiota usus. Terdapat dua jenis serat:

  • Serat larut air: dapat difermentasi oleh bakteri baik di usus menjadi zat yang bermanfaat bagi tubuh, yang disebut asam lemak rantai pendek (SCFAs). Serat ini membantu menghambat pertumbuhan bakteri jahat.
  • Serat tidak larut air: tidak dapat difermentasi oleh bakteri, namun bermanfaat untuk menambah volume tinja dan melancarkan buang air besar (BAB).

Dengan konsumsi serat yang cukup dan beragam, ibu dapat menjaga keseimbangan mikrobiota ususnya sendiri sekaligus mendukung mikrobiota sehat pada bayi.

 

Pentingnya Konsumsi Serat pada Kualitas ASI

Serat bisa diperoleh dari makanan alami maupun melalui suplemen serat. Perbedaannya, serat dari makanan alami, seperti buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian, tidak hanya memberikan serat, tetapi juga zat gizi penting lainnya, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan

Konsumsi serat yang seimbang antara makanan alami dan suplemen dapat mendukung kesehatan pencernaan, menjaga keseimbangan mikrobiota usus, dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas ASI bagi bayi.

 

ASI vs Susu Formula: Apa Bedanya?

Baik ASI maupun susu formula sama-sama mengandung zat gizi penting untuk mendukung kesehatan bayi. Namun, ada perbedaan yang cukup signifikan, terutama pada kandungan oligosakarida (HMO). ASI mengandung HMO, sedangkan susu formula secara alami tidak memilikinya.

Bayi yang mendapat ASI cenderung memiliki jumlah bakteri baik, seperti Bifidobacterium sp. dan Bacteroides sp., lebih tinggi dibandingkan bayi yang diberi susu formula. Kehadiran bakteri ini penting untuk mendukung kesehatan pencernaan dan imunitas bayi.

Saat ini, beberapa susu formula telah dilengkapi dengan serat prebiotik, seperti polidextrosa, untuk meniru sebagian karakteristik ASI. Penambahan serat prebiotik ini dapat membantu:

  • Membuat tinja bayi lebih lunak
  • Memberikan efek bifidogenik, yaitu meningkatkan pertumbuhan Bifidobacterium sp.

Dengan begitu, susu formula modern bisa memberikan manfaat yang hampir menyerupai ASI, meski ASI tetap menjadi pilihan utama karena kandungan HMO alaminya.

Serat Polidextrosa, Dukungan Ilmiah untuk Ibu Menyusui

Serat polidextrosa telah banyak digunakan pada negara maju maupun negara berkembang untuk menambah nilai gizi dari suatu produk makanan atau minuman kemasan, contohnya minuman mengandung serat (Fibe-Mini), susu, yoghurt, jus buah, susu bubuk, kukis, dan snack bar

 

Keseimbangan untuk ASI yang Melimpah

Produksi ASI tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi menyusui, tetapi juga oleh kesehatan dan kondisi tubuh ibu secara keseluruhan. Kombinasi makanan bergizi, hidrasi yang cukup, dan asupan serat membantu menjaga tubuh tetap sehat sekaligus mendukung kualitas ASI.

Ibu menyusui juga perlu tetap memperhatikan asupan gizi dan hidrasi agar tubuhnya tetap prima. Berdasarkan Rekomendasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kementerian Kesehatan, kebutuhan zat gizi pada ibu menyusui lebih tinggi dibandingkan fase lain, termasuk menstruasi, hamil, atau menopause.

Berikut langkah alami yang direkomendasikan untuk mendukung ASI berkualitas dan melimpah:

  1. Penuhi gizi seimbang: Konsumsi makronutrien (protein, lemak sehat, karbohidrat kompleks) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) sesuai rekomendasi AKG.
  2. Konsumsi serat secara seimbang: Pilih serat larut dan tidak larut dari sumber alami seperti sayur, buah, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Bisa juga dari produk makanan atau minuman berserat, termasuk suplemen, untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus ibu, yang secara ilmiah berperan pada kualitas ASI.
  3. Cukupi cairan tubuh: Minum sekitar 3 liter air per hari untuk menjaga hidrasi dan mengganti cairan yang keluar melalui ASI (87% ASI adalah air). Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan tambahan 600–800 ml air per hari pada 6 bulan pertama dan kedua menyusui.
  4. Istirahat cukup dan kelola stress: Gangguan tidur dan depresi pasca persalinan dapat mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Menjaga kualitas tidur membantu meningkatkan produksi ASI, karena hormon prolaktin, yang penting untuk laktasi, diproduksi lebih banyak saat tidur.
  5. Menyusui sesering mungkin: Semakin sering bayi menyusu, semakin tinggi produksi ASI. Hal ini karena stimulasi menyusui meningkatkan hormon prolaktin, yang mendorong peningkatan volume ASI

 

Tubuh Tenang, ASI Lancar, “Rahasia Serat untuk Busui Bahagia”

Serat ternyata tidak hanya penting untuk menjaga pencernaan, tetapi juga berperan dalam mendukung kualitas ASI. Salah satu jenis serat yang bermanfaat bagi ibu menyusui adalah serat larut air (soluble dietary fiber) seperti polidextrosa.

Serat ini akan difermentasi oleh bakteri baik di usus dan menghasilkan asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids/SCFAs) yang membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Dalam masa setelah melahirkan, kondisi ini sangat penting karena usus yang sehat dan mikrobiota usus yang seimbang dapat membantu tubuh ibu lebih optimal dalam memproduksi ASI yang berkualitas.

Minuman Fibe-Mini mengandung 6 gram serat polidekstrosa, yang secara ilmiah terbukti dapat membantu memperbaiki pola buang air besar (bowel habit) dan meningkatkan fungsi pencernaan, tanpa menimbulkan efek laksatif seperti perut kembung atau nyeri perut. Selain itu, Fibe-Mini aman untuk ibu hamil dan menyusui untuk dikonsumsi setiap hari karena tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Dengan pencernaan yang lancar, tubuh ibu lebih siap untuk memproduksi ASI yang berkualitas.

Fibe-Mini dapat membantu memenuhi kebutuhan serat harian, di mana berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan, ibu menyusui sebaiknya mengkonsumsi serat hingga sekitar 38 gram per hari

 

Ibu Bahagia, ASI Melimpah

Menjadi ibu adalah perjalanan luar biasa yang penuh cinta dan pembelajaran. Agar tubuh tetap kuat dan produksi ASI optimal, penting untuk menjaga keseimbangan nutrisi dan kesehatan pencernaan. Serat berperan besar di sini, karena membantu menjaga mikrobiota usus tetap seimbang dan mendukung kualitas ASI.

Dengan kandungan 6 gram polidekstrosa, Fibe-Mini bisa menjadi cara praktis memenuhi kebutuhan serat harian tanpa efek samping seperti perut begah. Saat tubuhmu terasa nyaman dan seimbang, ASI pun mengalir lancar dan kamu bisa menikmati peran barumu sebagai ibu dengan lebih bahagia.

 

Reference:

  1. Aerts, C., Janaqi, S., & Cochen de Cock, V. (2023). More sleep, more milk. Journal of Clinical Sleep Medicine, 19(8), 1563–1565.
  2. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta.
  3. Baumgartel, K., Caplan, E., Glover, C., Louis, J., & Schreiber, J. (2023). A feasibility study to assess sleep and subsequent breast milk volume among mothers with hospitalized preterm infants. The Journal of Perinatal & Neonatal Nursing, 37(4), 295–302.
  4. Çavdar, G., Papich, T., & Ryan, E. P. (2019). Microbiome, breastfeeding and public health policy in the United States: the case for dietary fiber. Nutrition and Metabolic Insights, 12, 1178638819869597.
  5. Huang, S. K., & Chih, M. H. (2020). Increased breastfeeding frequency enhances milk production and infant weight gain: correlation with the basal maternal prolactin level. Breastfeeding Medicine, 15(10), 639–645.
  6. Karim, R. (2023). Human milk oligosaccharides (HMOs) for infant health and microbiome development. World Nutrition Journal, 7(S1), 16–16.
  7. Malisova, O., Apergi, K., Niaos, E., Xenaki, F., & Kapsokefalou, M. (2024). Investigating water balance as a nutritional determinant in breastfeeding: A comparative study of water consumption patterns and influencing factors. Nutrients, 16(13), 2157.
  8. Mardiya, R., Susanti, K., & Fatimah, S. (2023). Relationship between breastfeeding frequency and breast milk production in breastfeeding mothers in the working area of Gajah Mada Tembilahan Health Center. Al Insyirah International Scientific Conference on Health, 4(1), 93–96.
  9. Sánchez, C., Fente, C., Regal, P., Lamas, A., & Lorenzo, M. P. (2021). Human milk oligosaccharides (HMOs) and infant microbiota: a scoping review. Foods, 10(6), 1429.
  10. Scalabrin, D. M., Mitmesser, S. H., Welling, G. W., Harris, C. L., Marunycz, J. D., Walker, D. C., & Vanderhoof, J. A. (2012). New prebiotic blend of polydextrose and galacto-oligosaccharides has a bifidogenic effect in young infants. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 54(3), 343–352.
  11. Wiciński, M., Sawicka, E., Gębalski, J., Kubiak, K., & Malinowski, B. (2020). Human milk oligosaccharides: health benefits, potential applications in infant formulas, and pharmacology. Nutrients, 12(1), 266.
  12. Yang, C., Na, X., Yang, H., Xi, M., Yang, Y., Yan, Y., ... & Zhao, A. (2025). Maternal sleep and psychological status in the postpartum period are associated with functional protein alterations in breast milk: a mother-infant cohort study. Clinical Nutrition ESPEN, 67, 510–522.